Denpasar, Bali, www.tribunus.co.id - Bertempat di Room Yudistira Hotel Grand Santhi jalan Patih Jelantik Denpasar telah dilaksanakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan mengangkat thema " Penanggulangan Radikalisme Dan Terorisme Di Wilayah Bali". Adapun peserta yang telah hadir sebanyak 74 orang. Rabu,(4/12/2019).
Dengan Narasumber : I Gusti Agung Ngurah Sudarsana, S.H., M.H., I Nyoman Lastra, Spd., M.Ag. selaku Ka Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali.M. Saifuddin Umar LC alias Abu Fida selaku Tokoh Agama., AKBP. I Made Witaya, S.H. selaku Kasubdit I Dit Reskrimum Polda Bali.,Dr. Putu Jaya Suartama, M.Si. selaku Ketua Forum Komunikasi Penanggulangan Terorisme Provinsi Bali.
Kegiatan Tersebut juga dihadiri oleh ; FKPD Provinsi Bali , Perwakilan binda Bali , Perwakilan Kanwil Kumham Provinsi Bali , FKUB Provinsi Bali , MDA Provinsi Bali , Ketua Pecalang Prov. Bali , ASITA Prov.Bali , FKPD Kab/Kota SARBAGITA , perwakilan Rektor/Dekan/Dosen Universitas/Politeknik diwilayah Bali , Perwakilan Mahasiswa/BEM Se Bali , Perwakilan Kepala Sekolah/Guru , Perwakilan Pelajar/OSIS , Tokoh Masyarakat , Tokoh Adat , Tokoh Pemuda , Perwakilan Keagamaan Prov. bali , Ormas keagamaan , PHRI Prov. Bali , Pimpinan Ponpes , Aktivis/LSM , Perawakilan Bhabinsa dan Bhabinkamtibmas Denpasar , Takmir masjid , Personel Dit Intelkam. Dengan jumlah peserta yang hadir sebanyak 135 orang
Sambutan oleh Direktur Intelkam pada intinya menyampaikan : terimakasih atas kehadiran para narasumber dan peserta Focus Group Discussion tentang
Bali merupakan wilayah Destinasi Wisata internasional yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun asing, dimana Bali pernah menjadi sasaran aksi terorisme yaitu Bom Bali 1 dan Bom Bali 2 yang berimbas membuat anjloknya perekonomian di wilayah Bali sebagai dampak dari aksi tersebut.
Akibat adanya paham yang menganggap bahwa dirinya paling benar sehingga melakukan aksi terorisme dan menganggap hal tersebut merupakan syariat islam. " Masyarakat Bali adalah masyarakat yang wellcome dengan tidak memandang bagaimana para pendatang tersebut, " Agar perwakilan yang hadir dapat menyampaikan output FGD kepada rekan-rekannya untuk mencegah aksi terorisme," Tegasnya.
Polisi yang ada di Polda Bali belum mampu mencangkup seluruh wilayah Bali sehingga kami membentuk tim " khusus guna mencangkup potensi kerawanan khususnya aksi terorisme yang ada diwilayah Bali.
Mari bersama-sama menjaga situasi kamtibmas diwilayah Bali. Para pelaku terorisme tinggal pada tempat-tempat yang terpencil sehingga sulit terlacak dan hal tersebut memerlukan bantuan dari seluruh elemen masyarakat," Ucapnya.
Dikanjutkan dengan Penyampaian Nateri "Peran Pemprov Bali dalam Menangkal Intoleransi, Radikalisme, dan Terorisme" oleh Kepala Kesbangpol Provinsi Bali pada intinya menyampaikan ; Paham Radikal adalah paham orang yang tidak beragama, dimana orang-orang tersebut mengambil ayat-ayat untuk melakukan pembenaran contohnya kata " Hijrah " digunakan untuk melakukan pembenaran terhadap aksi radikal yg dilakukan.
Pancasila adalah Ideologi yang harus kita sepakati bersama. Dimana Pancasila pertama Ketuhanan yang maha esa telah disepakati oleh seluruh masyarakat indonesia dan bukan menggunakan Piagam Jakarta. Kesbangpol akan membuat sebuah program untuk masyakat Bali yang bertujuan untuk pelaporan Kamtibmas yang terjadi diwilayah Bali," Bali telah sejak dulu melaksanakan Toleransi," Ucapnya.
Selanjutya Penyampaian Materi "Intoleransi Radikalisme dan Terorisme dengan sudut pandang Agama" oleh Ka Kanwil Kemenag Provinsi Bali yang pada intinya menyampaikan : berdasarkan Hassanuddin Ali Founder and CEO Alavara Research Center khusus dari kalangan guru dan pelajar diwilayah indonesia sebanyak 50% telah memiliki opini intoleran dan 4 % memiliki opini radikal serta 37,77% guru memiliki sifat intoleran dan 46% memilik sifat Radikal.
Agama tidak pernah mengajarkan untuk saling menyakiti namun sekarang kenapa sekarang saling menyakiti. Agama memiliki esensi yang sangat tinggi dalam bangsa indonesia dimana 100% orang indonesia beragama dan karena Agama sesorang berani mengorbankan nyawanya. Tidak ada Agama yang mengajarkan untuk saling menyakiti maupun saling membunuh.
" Agama itu Moderat, dimana Moderasi Beragama agar dikedepankan. Kita harus sepakat di era ini semua menunjukan semangat beragama yang sangat tinggi sehingga menimbulkan pertentangan. Moderasi beragama sebagai roh pembangunan bangsa kedepannya," Terangnya.
Penyamapaian materi tentang "Optimalisasi tugas pencegahan Radikalisme dan terorisme oleh FKPT" oleh Ketua FKPT Provinsi Bali yang pada intinya menyampaikan: telah saya ciptakan sebuah program satu komando untuk mensinergitaskan seluruh unsur pengamanan yang ada diwilayah Bali agar dapat 1 komando perintah untuk menjaga situasi kamtibmas.
" Bali terlalu wellcome sehingga para pelaku pencurian dari warga negara asing khususnya Rusia dapat melakukan aksinya di Bali. Saya berharap tidak ada lagi bom bali 3, cukup bom bali 1 dan 2 agar tidak berkelanjutan," Tegasnya.
Di Bali terdapat 1 Desa yang menolak untuk diteliti dalam rangka mendeteksi paham Radikal. Benih-benih radikal telah ada dalam diri manusia sejak lahir.
Penyampaian Materi "Peran Polda Bali di bidang Penegakan hukum terkait Intoleransi Radikalisme dan Terorisme" oleh Ditreskrimum Polda Bali yang pada intinya menyampaikan : Aksi teror yang terjadi di indonesia terbagi menjadi 3 yaitu : terorisme terstruktur, leaderless jihad/lone wolf, radikalisme/intoleransi.
Kasus teror dibali terjadi pada tahun 2002 dan 2005. Faktor ekonomi tidak menjamin terjadinya aksi terorisme contohnya kasus Bom di Surabaya. Media sosial sebagai sarana untuk mempengaruhi dan menciptakan aksi Terorisme.
Penyampaian Materi tentang "Amaliyah melalui Bom Bunuh Diri bukan Syariat Islam " oleh Tokoh Agama (eks Jenderal ISIS)" yang pada intinya menyampaikan : Pengalaman Pribadi terkait aksi Radikalime yang pernah dilakukan, penyebab munculnya Terorisme berupa faktor eksternal dan Faktor internal. (Humas)
Admin 081357848782 (0)