Kompleks makam di Bukit Seguntang, di tengah adalah makam Panglima Tuan Junjungan.
PALEMBANG,TRIBUNUS.CO.ID - Pemakaman Bukit Seguntang atau kadang disebut juga Bukit Siguntang adalah sebuah bukit kecil setinggi 29 -- 30 meter dari permukaan laut yang terletak sekitar 3 kilometer dari tepian utara Sungai Musi dan masuk dalam wilayah kota Palembang, Sumatera Selatan.
Kemarin Selasa (8/10/19), sekitar pukul 13.30 WIB. terjadi Pohon besar yang tumbang di area makam kerajaan Siguntang cukup membuat kaget pengunjung yang berada di lokasi Pemakaman menurut sebagian orang setempat ini suatu fenomena alam yang mengisyaratkan akan ada suatu kejadian raja di muka bumi ini yang secara seketika akan gugur atau wapat yang membuat pertanyaan masyarakat Internasional, Wallahualam"
Komplek makam Bukit Siguntang tepatnya situs ini terletak di kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang. Bukit ini berjarak sekitar 4 kilometer di sebelah barat daya pusat kota Palembang, dapat dicapai dengan menggunakan angkutan umum menuju jurusan Bukit Besar.
Hairul Kepala Seksi Dinas Pariwisata Provinsi yang bertugas di Makam Kerajaan Bukit Siguntang , siang itu ketika dikonfirmasi awak media mengatakan bahwa "pohon ini murni tumbang karena angin kencang" , dan ia telah memerintahkan kepada petugas kebersihan taman makam Kerajaan bukit Siguntang untuk segera menormalkan lagi jalan yang menuju ke pemakaman.
Dengan cara membersihkan dan menyingkirkan pohon yang tumbang ujarnya.
Hairul melanjutkan, mengingat pohon yang tumbang ini menghalangi akses jalan menuju ke Pemakaman yang ada di bagian atas bukit.
Masih menurut Hairul bahwa pohon yang tumbang ini telah berusia puluhan tahun, hal ini dapat kita lihat dari pohon yang telah tidak memiliki kekuatan akar lagi atau rapuh di bagian bawah jelasnya.
Bukit Seguntang sebagai bukit paling tinggi di dataran Palembang tampaknya telah dianggap sebagai tempat penting sejak masa Kerajaan Sriwijaya, beberapa temuan artefak yang bersifat buddhisme menunjukkan tempat bahwa ini adalah salah satu kawasan pemujaan dan keagamaan kerajaan. Pada tahun 1920-an di lereng selatan bukit ini ditemukan arca Buddha bergaya Amarawati.
Disinggung mengenai kerugian akibat pohon tumbang ini Hairul mengatakan "Hanya beberapa lampu taman dan box peta lokasi saja yang rusak "jelasnya, untuk kerugian materil belum bisa dipastikan berapa nominal katanya.
Sementara itu M.Andi Buswan , Alumni Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional, yang berasal dari Sekayu mengatakan" ketika kejadian dia baru saja habis melintas di bawah pohon itu, nasib baik dia tidak tertimpa pohon itu "ujarnya.
Tujuan dia datang ke Pemakaman Siguntang hanya untuk ziarah dan mengenal budaya , karena Siguntang merupakan Makam dari Para Raja Kerajaan Sriwijaya bebernya.
Kunjungan yang ia lakukan pertama kali ke Siguntang, Andi berharap kepada Pemerintah Provinsi khususnya Dinas Pariwisata dan Budaya agar dikembangkan lagi untuk wisata religi di Palembang karena ini makam raja dan harus dijaga kelestariannya" imbuhnya.
Di pemakam Bukit Seguntang terdapat tujuh makam di bukit ini, yaitu makam:
Raja Sigentar Alam
Pangeran Raja Batu Api
Putri Kembang Dadar
Putri Rambut Selako
Panglima Tuan Junjungan
Panglima Bagus Kuning
Panglima Bagus Karang
Andi menambahkan "mengenai pepohonan yang ada di lingkungan makam perlu pengawasan ekstra , mengingat pohon yang ada di sekitar makam siguntang telah berusia ratusan tahun dan juga perlu ditingkatkan lagi penjagaan juga pengelola kebersihan "pungkasnya.
Situs yang bersejarah ini merupakan pelaku sejarah sejarah para raja raja di muka bumi ini berdasarkan dari Sulalatu'l-Salatin bergaya penulisan seperti babad, di sana-sini terdapat penggambaran hiperbolik untuk membesarkan raja dan keluarganya. Namun, naskah ini dianggap penting karena ia menggambarkan adat-istiadat kerajaan, silsilah raja dan sejarah Kerajaan Melayu dan boleh dikatakan menyerupai konsep Sejarah Sahih (Veritable History) Tiongkok, yang mencatat sejarah dinasti sebelumnya.[2]
Sulalatu'l-Salatin atau Sulalatus Salatin (Jawi: سلالةالس صلاطين) (secara harfiah bermaksud Penurunan segala raja-raja)[1] merupakan karya dalam Bahasa Melayu dan menggunakan Abjad Jawi. Karya tulis ini memiliki sekurang-kurangnya 29 versi atau manuskrip yang tersebar di antara lain di Inggeris (10 di London, 1 di Manchester), Belanda (11 di Leiden, 1 di Amsterdam), Indonesia (5 di Jakarta), dan 1 di Rusia (di Leningrad).
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
Berikut Daftar naskah Sulalatus Salatin yang memiliki sekurang-kurangnya 29 versi atau manuskrip yang tersebar di antara lain di Inggeris (10 di London, 1 di Manchester), Belanda (11 di Leiden, 1 di Amsterdam), Indonesia (5 di Jakarta), dan 1 di Rusia (Leningrad):[1]
Raffles 18 (Royal Asiatic Society)
Raffles 35 (London)
Raffles 39 (London)
Raffles 68 (London)
Raffles 76 (London)
Raffles 80 (London)
Farquhar 5 (London)
SOAS 36495 (London)
SOAS 36499 (London)
Maxwell 26 (Royal Asiatic Society)
Manchester version (Manchester)
Cod. Or. 1704 (Leiden)
Cod. Or. 1760 (Leiden)
Cod. Or. 6669 (Leiden)
Cod. Or. 1703 (Leiden)
Cod. Or. 1716 (Leiden)
Cod. Or. 1736 (Leiden)
Cod. Or. 3210 (Leiden)
Cod. Or. 7304 (Leiden)
Cod. Or. 6342 (Leiden)
Klinkert 5 (Leiden)
Koninklijk Institut 631 (Leiden)
Palembang version (Amsterdam)
KBG 11 Mal (Jakarta)
KBG 189 W (Jakarta)
KBG 188 W (Jakarta)
KBG 190 W (Jakarta)
KBG 191 W (Jakarta)
Leningrad version (Leningrad)
Pewarta : rn/tnpp
Sumber : Dari berbagai sumber
Admin 081357848782 (0)