PEKALONGAN,TRIBUNUS.CO.ID – Menteri Pertahanan Republik Indonesia menghadiri Toriqoh Kebangsaan Konferensi Ulama Sufi International Dengan Tema Untuk Kebahagian Umat Manusia dan Keselamatan Negara.
Hadiri dalam acara itu Rais ‘Am JATMAN, Habib Luthfi bin Yahya selaku pimpinan umum organisasi ulama thoriqoh mu’tabarah Indonesia, Para Mursyid dan para ulama thoriqoh baik dari dalam mahupun luar negeri, hadir juga Pangdam IV Diponegoro. Pekalongan Senin. (08/04/19).
Pada Kesempatan itu Menhan Ryamizard ryacudu. mengapresiasi atas inisiasi panitia yang telah menggelar kegiatan tersebut agar bisa di terapkan di kehidupan masyarakat pada umumnya terutama di negara Indonesia. “Saya juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan Penghargaan kepada Pihak Penyelenggara serta seluruh Peserta Undangan yang telah hadir pada Konferensi Ulama Sufi Internasional dalam rangka Mengimplementasikan Tasawuf untuk kebahagiaan Umat Manusia dan Keselamatan Bangsa.” Katanya.
Menurut Ryamizard, Konferensi Ulama Sufi Internasional dipandang relevan dalam rangka mengingat kan kembali akan hakikat dan jati diri Umat Islam Indonesia yang sesungguhnya ditengah maraknya aliran dan paham Ideologi lain yang ingin mengganti ideologi Pancasila.
“Dalam sejarah Kemerdekaan Bangsa Indonesia, Para ulama Thoriqoh memiliki peranan penting dalam membela dan menjaga keutuhan NKRI. Sejak zaman penjajahan Belanda 3,5 abad, para ulama thoriqoh tidak pernah surut dalam melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda, sehingga kesulitan menguasai Indonesia secara utuh. karena, para ulama thoriqoh yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara menjadi tokoh perlawanan terhadap penjajahan Belanda.” Sambung Ryamizard
Karena kesulitan sambung Ryamizard, Belanda kemudian mengatur strategi dengan mengirim tokoh orientalis Snouck Hurgronje ke Arab Saudi untuk belajar Bahasa Arab, tujuannya, supaya bisa membaca dan memahami kitab-kitab yang menjadi rujukan para ulama thoriqoh Nusantara. “Setelah Snouck Hurgronje melakukan penelitian terhadap kitab-kitab tersebut akhirnya terjawab bahwa ajaran para ulama thoriqoh menjadi akar tumbuhnya nasionalisme dan bangkitnya semangat perlawanan terhadap Belanda. Setelah itu Belanda melakukan perampasan buku-buku tasawuf dan tarekat para ulama Nusantara lalu dibawa ke Belanda.
Karena kesulitan sambung Ryamizard, Belanda kemudian mengatur strategi dengan mengirim tokoh orientalis Snouck Hurgronje ke Arab Saudi untuk belajar Bahasa Arab, tujuannya, supaya bisa membaca dan memahami kitab-kitab yang menjadi rujukan para ulama thoriqoh Nusantara. “Setelah Snouck Hurgronje melakukan penelitian terhadap kitab-kitab tersebut akhirnya terjawab bahwa ajaran para ulama thoriqoh menjadi akar tumbuhnya nasionalisme dan bangkitnya semangat perlawanan terhadap Belanda. Setelah itu Belanda melakukan perampasan buku-buku tasawuf dan tarekat para ulama Nusantara lalu dibawa ke Belanda.
Sebagai bukti, di perpustakaan Leiden University Belanda ditemukan koleksi Snouck Hourgronje manuskrip kitab Tuhfah al-Mursalah yang ditulis tangan oleh Syekh Yusuf al-Makassari. Selain itu, masih banyak lagi manuskrip-manuskrip kitab para ulama Nusantara yang disimpan di Perpustakaan Leiden University Belanda.” Jelasnya.
Lebih jauh dijelaskan Ryamizard, Kitab Tuhfah Al-Mursalah sejak abad ke-17 M. Hingga abad ke-20 M. Menjadi rujukan para ulama sufi di Nusantara, seperti Sheikh Shamsuddin al-Sumatrani dan Sheikh Abdul Rauf al-Sinkili di Aceh, Sheikh Burhanudin Ulakan di Padang, Sheikh Abdus Shamad al-Palimbani di Palembang, Sheikh Muhyi Pamijahan di Tasikmalaya, Sheikh Kesan Besari di Ponorogo, Sheikh Nafis al-Banjari di Banjar Kalimantan, Sheikh Yusuf al-Makassari di Makassar.
Lebih jauh dijelaskan Ryamizard, Kitab Tuhfah Al-Mursalah sejak abad ke-17 M. Hingga abad ke-20 M. Menjadi rujukan para ulama sufi di Nusantara, seperti Sheikh Shamsuddin al-Sumatrani dan Sheikh Abdul Rauf al-Sinkili di Aceh, Sheikh Burhanudin Ulakan di Padang, Sheikh Abdus Shamad al-Palimbani di Palembang, Sheikh Muhyi Pamijahan di Tasikmalaya, Sheikh Kesan Besari di Ponorogo, Sheikh Nafis al-Banjari di Banjar Kalimantan, Sheikh Yusuf al-Makassari di Makassar.
“Melalui bimbingan para Mursyid Thoriqoh maka lahirlah tokoh-tokoh perjuangan dan perlawanan tehadap Belanda seperti Sheikh Yusuf al-Makassari dan Pangeran Diponegoro. Memasuki abad 20 muncul tokoh-tokoh pejuang dan perlawanan terhadap kolonial Belanda antara lain Kyai Santri (Raden Jayakusuma) yang berhasil mendidik para tokoh pergerakan pra kemerdekaan Indonesia, seperti WAHIDIN SUDIRO HUSODO, DR. SUTOMO, HOS. COKROAMINOTO DAN SOEKARNO.” Tandasnya
Mereka adalah kader-kader yang dibekali dengan ilmu spiritual dan kebangsaan oleh Kyai Santri sehingga mereka memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi dalam melawan kolonial Belanda. Kegigihan para tokoh perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia tidak sia-sia, akhirnya pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 bangsa Indonesia memproklamirkan sebagai negara merdeka. “Dari uraian tersebut terlihat dengan jelas betapa besarnya peran para ulama dalam membela negara dan menjaga keutuhan NKRI. “ujarnya.
Masih dikatakannya, Apa sebenarnya INDONESIA itu Indonesia adalah Negara Besar yang kaya Ragamnya; NKRI adalah Bingkai dan Rumahnya; Bhineka Tunggal Ika Bangsanya; UUD 1945 Landasan Hukumnya Demokrasi Sistemnya dan Pancasila Dasar Negaranya.
“Ini semua sudah menjadi Harga Mati yang Tidak Boleh ditawar – Tawar Lagi. KH Wahid Hasyim, Tokoh ulama muda NU, putra dari KH Hasyim Asy’ari yang turut serta dalam merumuskan Konsep Dasar Negara Indonesia pada tahun 1945 menegaskan bahwa konsep, “KETUHANAN YANG ESA” MERUPAKAN KONSEP TAUHID DALAM ISLAM.
Mereka adalah kader-kader yang dibekali dengan ilmu spiritual dan kebangsaan oleh Kyai Santri sehingga mereka memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi dalam melawan kolonial Belanda. Kegigihan para tokoh perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia tidak sia-sia, akhirnya pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 bangsa Indonesia memproklamirkan sebagai negara merdeka. “Dari uraian tersebut terlihat dengan jelas betapa besarnya peran para ulama dalam membela negara dan menjaga keutuhan NKRI. “ujarnya.
Masih dikatakannya, Apa sebenarnya INDONESIA itu Indonesia adalah Negara Besar yang kaya Ragamnya; NKRI adalah Bingkai dan Rumahnya; Bhineka Tunggal Ika Bangsanya; UUD 1945 Landasan Hukumnya Demokrasi Sistemnya dan Pancasila Dasar Negaranya.
“Ini semua sudah menjadi Harga Mati yang Tidak Boleh ditawar – Tawar Lagi. KH Wahid Hasyim, Tokoh ulama muda NU, putra dari KH Hasyim Asy’ari yang turut serta dalam merumuskan Konsep Dasar Negara Indonesia pada tahun 1945 menegaskan bahwa konsep, “KETUHANAN YANG ESA” MERUPAKAN KONSEP TAUHID DALAM ISLAM.
Sehingga tidak ada alasan bagi umat Islam untuk menolak konsep tersebut dalam Pancasila. Artinya, dengan konsep tersebut, umat Islam mempunyai hak menjalankan keyakinan agamanya tanpa mendiskriminasi keyakinan agama lain (Lakum Dinukum Waliadin).
Di titik inilah, tambah Ryamizard, menjalankan Pancasila sama artinya mempraktekkan Syariat Islam dalam konsep hidup berbangsa dan bernegara. Sehingga tidak ada sikap toleransi kehidupan berbangsa atas nama suku, agama, dan lain-lain.
Di titik inilah, tambah Ryamizard, menjalankan Pancasila sama artinya mempraktekkan Syariat Islam dalam konsep hidup berbangsa dan bernegara. Sehingga tidak ada sikap toleransi kehidupan berbangsa atas nama suku, agama, dan lain-lain.
“Indonesia adalah Rumah kita Bersama; Sebagai Anak-anak pejuang Bangsa; apakah anda rela jika ada sekelompok orang yang Ingin merubah Pancasila dan menjadikan Indonesia menjadi bangsa tanpa Keragaman atau Negeri untuk satu golongan saja; Indonesia itu adalah Keragaman itu sendiri yang terdiri dari Berbagai Suku Bangsa, Agama dan Ras; Kalau kita tidak Beragam maka kita bukan Indonesia; Keragaman itulah Modalitas Utama dan Keragaman itulah Kekuatan Kita.” Tegasnya.
Ditegakkannya Konsep Keragaman ini sudah Final sejak Budi Utomo; Sumpah Pemuda yang barus aja kita Peringati serta sejak kemerdekaan Indonesia 1945.
Di Akhir sambutan, dirinya berpesan Dalam ERA perkembangan Modernisasi dan Globalisasi saat ini, disamping ancaman-ancaman berbentuk fisik Baik Ancaman Nyata dan Ancaman Belum Nyata, kita juga harus MEWASPADAI Terhadap DISINTEGRASI BANGSA berupa Ancaman terhadap “MINDSET” Bangsa Indonesia yang berupaya untuk merubah Ideologi Negara PANCASILA. DENGAN Kekuatan “soft power”,
Ancaman ini, lanjut dia, akan terus secara SISTEMATIS: TERSTRUKTUR dan MASIF untuk merusak jati diri Anak bangsa Indonesia dengan IDEOLOGI RADIKAL PENGARUH Mindset ini merusak JATI DIRI ANAK BANGSA yang UJUNGNYA adalah SURAMNYA MASA DEPAN GENERASI MUDA INDONESIA.
Ditegakkannya Konsep Keragaman ini sudah Final sejak Budi Utomo; Sumpah Pemuda yang barus aja kita Peringati serta sejak kemerdekaan Indonesia 1945.
Di Akhir sambutan, dirinya berpesan Dalam ERA perkembangan Modernisasi dan Globalisasi saat ini, disamping ancaman-ancaman berbentuk fisik Baik Ancaman Nyata dan Ancaman Belum Nyata, kita juga harus MEWASPADAI Terhadap DISINTEGRASI BANGSA berupa Ancaman terhadap “MINDSET” Bangsa Indonesia yang berupaya untuk merubah Ideologi Negara PANCASILA. DENGAN Kekuatan “soft power”,
Ancaman ini, lanjut dia, akan terus secara SISTEMATIS: TERSTRUKTUR dan MASIF untuk merusak jati diri Anak bangsa Indonesia dengan IDEOLOGI RADIKAL PENGARUH Mindset ini merusak JATI DIRI ANAK BANGSA yang UJUNGNYA adalah SURAMNYA MASA DEPAN GENERASI MUDA INDONESIA.
Saat ini, salah satu ancaman yang sangat nyata dan merupakan salah satu bentuk penistaan terhadap agama, negara dan bangsa Indonesia yang sangat berpengaruh terhadap keutuhan dan kesatuan bangsa adalah Terorisme dan Radikalisme.
“Ancaman ini tidak hanya menimbulkan kerugian material dan nyawa serta menciptakan rasa takut di masyarakat, tetapi juga telah mengoyak keutuhan berbangsa dan bernegara. Terorisme dan Radikalisme yang kita hadapi saat ini adalah Ancaman Teroris Generasi Ketiga.
Ciri Khusus dari ancaman Terorisme generasi ketiga ini adalah kembalinya para Militan Asing ISIS dari Timur tengah serta berevolusinya ancaman dari yang bersifat tersentralisasi menjadi terdesentralisasi yang menyebar keseluruh belahan Dunia setelah kekalahan ISIS di Syria dan Irak. ISIS yang pada mulanya hanyalah kekuatan milisi nasional di Irak yang muncul akibat konflik politik di dalam negeri pasca pemerintahan Saddam Hussein’. Urainya.
“Di sinilah perlu saya tegaskan bahwa ISIS hanyalah buah dari konflik politik domestik Irak-Suriah yang tidak ada kaitannya dengan faktor keagamaan. Pola Operasi dan Taktik Kelompok TERORIS ini akan terus Berevolusi dan mengalami Perubahan agar tidak mudah dideteksi oleh aparat Keamanan.
“Di sinilah perlu saya tegaskan bahwa ISIS hanyalah buah dari konflik politik domestik Irak-Suriah yang tidak ada kaitannya dengan faktor keagamaan. Pola Operasi dan Taktik Kelompok TERORIS ini akan terus Berevolusi dan mengalami Perubahan agar tidak mudah dideteksi oleh aparat Keamanan.
Seperti yang terjadi di Indonesia belum lama ini dimana, kelompok ISIS ini menggunakan modus baru serangan Terorisme yang dilakukan oleh satu keluarga utuh dan terjadi di beberapa tempat di Surabaya serta beberapa aksi Teroris di beberapa wilayah di Indonesia”. Tandasnya.
Mereka ini tambah Ryamizard, bukan Islam. karena, ajaran islam adalah ajaran yang damai dan Rahmatan Lil-Alamin; Sangat tidak masuk akal, seorang ibu dapat mengajak anak-anaknya untuk melakukan aksi bunuh diri.
Mereka ini tambah Ryamizard, bukan Islam. karena, ajaran islam adalah ajaran yang damai dan Rahmatan Lil-Alamin; Sangat tidak masuk akal, seorang ibu dapat mengajak anak-anaknya untuk melakukan aksi bunuh diri.
Sebagai ibu dari anak-anaknya, seyogyanya Ia harus punya sifat alamiah dan Insting untuk melindungi dan menjaga anak-anaknya dari pelbagai ancaman yang akan membahayakan anak-anaknya bukan malah Membunuh anak-anaknya. Konsep dan Ideologi sesat seperti inilah yang harus kita perangi bersama.
TERORISME TELAH MEMBUAT KITA SALING CURIGA DAN SALING MEMUSUHI.
Terorisme pun telah merusak ikatan persaudaraan dan nilai-nilai toleransi yang sejatinya menjadi kultur budaya bangsa ini. Aksi brutal mereka telah merusak tatanan kehidupan dunia dan benar-benar keluar dari ajaran Islam yang memiliki misi di bumi ini sebagai rahmat bagi semuanya, bukan ancaman dan kekerasan kepada manusia. KH Ahmad Dahlan juga pernah Berkata; “Keislaman bukan hanya Allah ada didalam Jiwamu; tetapi kehidupan Islam harus menjadi Nyata dalam Kehidupanmu:” tegasnya.
Pewarta : bi/rn
Admin 081357848782 (0)